Hasilpenelitian ini menunjukkan sebagian besar pelaku usaha Batik Surakarta berusaha sendiri untuk menjaga dan meningkatkan kualitas produk batiknya. Pelaku usaha Batik Surakarta khususnya industri kecil dan menengah menghadapi kendala untuk memenuhi standar kualitas nasional (SNI) terutama memenuhi persyaratan izin usaha dan biaya untuk
AnalisisIndustri Batik Di Indonesia: Fokus Ekonomi (FE), Desember 2008, Hal. 124 - 135 Vol.7, No. 3 ISSN: 1412-3851 124 Sedangkan batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang ada di Mojokerto dan Tulung Agung, Profil Industri Profil industri batik di Indonesia termasuk ke dalam unit usaha kecil menengah
1PEREMPUAN LAWEYAN DALAM INDUSTRI BATIK DI SURAKARTA Tugas Tri Wahyono Suwamo. Yustina Hastrini Nurwanti Taryati penulis, 2014 Desain sampul Setting
konteks isi, dan gaya.1 Di penghujung abad ke-20, Kota Surakarta juga merupakan salah satu pusat kegiatan ekonomi dengan kekuatan industri batik yang dahsyat. Pada awal tahun 1900-an, kampung Laweyan, yang ada di kota Surakarta, telah menjadikannya sebagai pusat kerajinan batik di Indonesia yang sangat berpengaruh.2
Lalupada akhir abad ke-19 muncul batik Saudagar di Kerajaan Surakarta dan Yogyakarta. Ciri batik Saudagar mudah dikenali lewat ornamen klasik yang dimodifikasi sesuai selera. Beberapa masa setelahnya, muncul desain batik khas kota-kota pesisir utara Jawa, termasuk Pekalongan, dan Cirebon.
perhatikan gambar berikut luas daerah yang diarsir adalah.
› Batik asal Surakarta akan dikolaborasikan dalam sebuah produk mobil listrik dari Korea Selatan. Jalinan kerja sama itu menjadi upaya untuk menguatkan hubungan bilateral dua negara. Oleh NINO CITRA ANUGRAHANTO 2 menit baca EDDY HASBYHyundai Ioniq di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin 4/8/2020.SURAKARTA, KOMPAS —Batik asal Surakarta akan berkolaborasi dengan Hyudai, produsen mobil dari Korea Selatan. Jalinan kerja sama itu menjadi upaya menguatkan hubungan bilateral itu disampaikan Duta Besar Indonesia untuk Korsel Gandhi Sulistiyanto dalam konferensi pers daring dari Seoul, Rabu 7/6/2023. Kolaborasi dengan mobil listrik itu akan diberi nama ”Batik of Ioniq 5”. ”Hari ini, saya senang dan bangga memberitahukan batik dibawa ke dalam bentuk baru. Indonesia dikenal akan batiknya, sedangkan Korea atas industri otomotifnya, termasuk mobil listrik. Kami coba fasilitasi kolaborasi antara industri kreatif dan otomotif dengan lahirnya mobil listrik berdesain batik,” kata juga Perkuat Rantai Pasok, Hyundai Bangun Pabrik "Battery Pack"ADITYA PUTRA PERDANASuasana PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis 13/1/2022. Gandhi menyampaikan, kolaborasi itu juga dilakukan memperingati 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Korsel. Diharapkannya, hubungan kedua negara bisa selalu terjaga meyakini, batik sebagai tekstil tradisional asal Indonesia bakal semakin teguh pula di mata publik internasional. Apalagi, batik telah dimasukkan ke dalam warisan budaya tak benda dari Indonesia oleh UNESCO pada 2009.”Saya dengar, batik dimulai dari Kota Surakarta. Maka, kami memilih Surakarta sebagai salah satu partner kerja sama dengan Hyundai untuk membuat ’Batik of Ioniq 5’ ini,” kata PERS SEKRETARIAT PRESIDEN/KRISPresiden Joko Widodo pada acara peresmian pabrik PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia dan peluncuran mobil listrik Ioniq 5 di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu 16/3/2022.Saat ini, ungkap Gandhi, pembahasan mengenai desain produk tengah didalami. Ia turut mengajak Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, yang juga sedang berkunjung ke Korea, untuk menyaksikan presentasi perihal penyusunan desain belum bisa membocorkan tipe batik yang kelak bakal terpampang pada mobil listrik. Purwarupanya baru bisa disaksikan pada pameran mobil di Jakarta, 10 Agustus 2023.”Tolong sabar tunggu sampai Agustus nanti,” ucap menuturkan, mobil listrik kolaborasi itu juga termasuk sebagai edisi khusus. Hyundai hanya akan memproduksinya dalam jumlah terbatas. Edisi khusus itu cuma bakal diedarkan di juga Baterai Kendaraan Listrik Ditarget Sudah Diproduksi 2024KOMPAS/PRIYOMBODOSuasana di area Hyundai dalam Jakarta Auto Week 2022 di Jakarta Convention Center, Jakarta, pada hari terakhir pameran, Minggu 20/3/2022. Produsen mobil asal Korea Selatan, Hyundai Motor Company melalui PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia, baru saja meresmikan pabrik pertamanya di Asia Tenggara yang berlokasi di Deltamas, Cikarang Tengah, Bekasi, Jawa Barat.”Ke depan, jika memang bisa diterima pasar, mungkin kami akan mempertimbangkan untuk memproduksinya secara massal. Namun, ini belum diputuskan,” kata pernah sedikit membocorkan soal rencana kerja sama tersebut. Ketika itu, ia mengungkapkan akan melancong ke Korsel dalam rangka peringatan hubungan bilateral 50 tahun antara Indonesia dan Korea Selatan. Ia turut menyampaikan, bakal melakukan kerja sama dengan Hyundai.”Ini tidak ada hubungannya dengan pengadaan mobil listrik. Ini soal cara kita mempromosikan batik di tingkat internasional,” kata Gibran. EditorCORNELIUS HELMY HERLAMBANG
Sejak pengakuan UNESCO pada tahun 2009, batik berkembang lebih cepat dibanding tahun-tahunsebelumnya. Namun demikian, hingga saat ini ketersediaan printing mengenai perkembangan batikmasih menjadi kendala yang belum terselesaikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuiperkembangan batik ditinjau dari jumlah usaha, jumlah tenaga kerja, kapasitas produksi, danpermasalahan yang dihadapi oleh industri batik serta merumuskan upaya dalam pengembanganindustri batik. Penelitian ini dilakukan di 27 provinsi di Indonesia dengan menggunakan metodedeskriptif analitis menggunakan data primer dan data sekunder. Berdasarkan hasil penelitian,diperkirakan jumlah industri batik di Indonesia mencapai unit dengan tenaga kerja orang dan mampu mencapai nilai produksi sekitar 407,5 miliar rupiah per bulan atau setara4,89 triliun rupiah per tahun. Permasalahan yang dihadapi industri batik terdiri dari printing, bahanbaku, keterampilan tenaga kerja, pengembangan usaha kain lokal, pengelolaan limbah, pembinaandan pendampingan oleh Organisasi Perangkat Daerah OPD, persaingan dengan printing bermotifbatik. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan batik yaitu memperbaharui printingindustri batik, koordinasi sistem database batik, pemanfaatan sumber daya alam lokal denganmeningkatkan penggunaan pewarna alam, optimalisasi pembinaan industri dan peran Balai LatihanKerja BLK dalam peningkatan keterampilan tenaga kerja, sosialisasi potensi batik, pembangunanpengolahan limbah dan peningkatan kesadaran industri batik mengenai pengelolaan limbah,penguatan brand batik tulis dan batik cap, dan advokasi dan pemasaran sosial kepada konsumenmengenai batik tulis dan batik cap. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free VOL. 37 NO. 1, JUNI 2020, Hal - ISSN E 2528-6196 / P 2087-4294Akreditasi Kemenristekdikti 30/E/KPT/2018UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI BATIK DI INDONESIABatik Industry Development Efforts In IndonesiaAbi Pratiwa Siregar, Alia Bihrajihant Raya, Agus Dwi Nugroho, Fairuz Indana, I Made YogaPrasada, Riesma Andiani, Theresia Gracia Tampubolon, dan Agustina Tri KinasihDepartemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah MadaKorenspondesi PenulisEmail abipratiwasiregar kunci industri Batik, pengembangan, permasalahan,printingbermotif batikKeywordsprinted batik, development, batik industry, problemsABSTRAKSejak pengakuan UNESCO pada tahun 2009, batik berkembang lebih cepat dibanding tahun-tahunsebelumnya. Namun demikian, hingga saat ini ketersediaanprintingmengenai perkembangan batikmasih menjadi kendala yang belum terselesaikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuiperkembangan batik ditinjau dari jumlah usaha, jumlah tenaga kerja, kapasitas produksi, danpermasalahan yang dihadapi oleh industri batik serta merumuskan upaya dalam pengembanganindustri batik. Penelitian ini dilakukan di 27 provinsi di Indonesia dengan menggunakan metodedeskriptif analitis menggunakan data primer dan data sekunder. Berdasarkan hasil penelitian,diperkirakan jumlah industri batik di Indonesia mencapai unit dengan tenaga kerja orang dan mampu mencapai nilai produksi sekitar 407,5 miliar rupiah per bulan atau setara4,89 triliun rupiah per tahun. Permasalahan yang dihadapi industri batik terdiri dariprinting, bahanbaku, keterampilan tenaga kerja, pengembangan usaha kain lokal, pengelolaan limbah, pembinaandan pendampingan oleh Organisasi Perangkat Daerah OPD, persaingan denganprintingbermotifbatik. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan batik yaitu memperbaharuiprintingindustri batik, koordinasi sistemdatabasebatik, pemanfaatan sumber daya alam lokal denganmeningkatkan penggunaan pewarna alam, optimalisasi pembinaan industri dan peran Balai LatihanKerja BLK dalam peningkatan keterampilan tenaga kerja, sosialisasi potensi batik, pembangunanpengolahan limbah dan peningkatan kesadaran industri batik mengenai pengelolaan limbah,penguatan brand batik tulis dan batik cap, dan advokasi dan pemasaran sosial kepada konsumenmengenai batik tulis dan batik UNESCO's recognition in 2009, batik has developed faster than in previous years. However, untilnow the database on the development of batik is still an unfinished solution. The purpose of thisstudy was to determine the development of batik in terms of the number of businesses, the numberof workers, production capacity, and problems related to the batik industry as well as formulatingdevelopment efforts in the batik industry. This research was conducted in 27 provinces in Indonesiausing descriptive-analytical methods using primary data and secondary data. Based on the researchresults, it is estimated that the number of batik industries in Indonesia reached units with aworkforce of 37,093 people and was able to reach a production value of around billion rupiahsper month or equivalent to trillion rupiahs per year. Problems related to the batik industry consistof basic data, raw materials, work skills, local fabric development, waste management, guidance andassistance by the Regional Organization of Organizations OPD, competition with printed Masuk 06 Februari 2020Revisi 10 Maret 2020Disetujui 19 Maret 2020 Dinamika Kerajinan dan Batik Majalah Ilmiah. Vol. 37 No. 1, Juni 2020, hal. 79 - 92Siregar, dkk, Upaya Pengembangan Industri Batik Di IndonesiaEfforts can be made to develop batik, such as updating the batik industry database, batik systemdatabase, utilizing local natural resources by increasing the use of natural dyes, optimizing industrialdevelopment and the role of the Vocational Training Center BLK in increasing workforce, socializingthe potential of batik, construction of waste treatment and increasing awareness of the batik industryabout waste management, strengthening of written and printed batik brands, and advocacy and socialmarketing for consumers regarding written batik and printed merupakan karya seni adiluhungbangsa Indonesia yang dikenal sejak zamankerajaan Majapahit dan terus berkembanghingga saat ini Salma & Eskak, 2012.Namun demikian, karena perlindunganhukum terhadap kekayaan intelektualmasyarakat asli tradisional masih lemah,batik pernah diakui sebagai milik negaralain atau milik perusahaan swasta Patji,2010; Tololiu, 2014. Menanggapi haltersebut, Indonesia menyiapkan berbagaikajian, seminar, danworkshop/pameranterkait batik untuk kemudian mengambilupaya hukum terhadap batikdilakukan melalui keanggotaan Indonesia diUNESCO Randa & Rani, 2014. Padatanggal 3 September tahun 2008,pemerintah menominasikan batik danakhirnya diterima untuk diproses olehUNESCO beberapa bulan kemudianLusianti & Rani, 2012. Menjelang akhirtahun 2009, UNESCO secara resmimengakui batik sebagai warisan budaya takbenda Kemanusiaan untuk Budaya Lisandan Nonbendawi Masterpieces of the Oraland the Intangible Heritage of Humanity,tepatnya tanggal 2 Oktober 2009 Setiawanet al., 2014; Aditya, 2015; Triana &Retnosary, 2020Adanya pengakuan secara resmi darilembaga internasional terhadap batikberkorelasi positif dengan jumlahpermintaan Suliyanto et al., 2015.Pemerintah memberikan himbauan agarpara pegawai negeri menggunakan batikpada hari-hari tertentu, khususnya padaperingatan Hari Batik Nasional Nurainun etal., 2008. Sedangkan masyarakat umumsemakin bangga menggunakan batik, baikuntuk yang tua maupun kaum muda Utami& Triyono, 2011.Dampak lain pengakuan UNESCOadalah bertambahnya variasi teknikmembatik Wulandari, 2011. Saat initerdapat batik yang dibuat secara tulis, lukis,dan cap Singgih, 2016. Ketiga jenis batiktersebut merupakan buatan tanganhandmade, sehingga prosespembuatannya relatif lama dan hargajualnya relatif mahal. Akibatnya, tidakseluruh masyarakat dapat membeli Kina,2013.Seiring berkembangnya teknologi, saatini telah tersedia jenisprintingbermotifbatik, yaitu tekstil bermotif batik yangdihasilkan melalui proses sablon. Sistemproduksi tersebut menghasilkan tekstilbermotif batik secara massal dalam waktusingkat, dan mampu dijual dengan hargarelatif murah dibandingkan batik cap,apalagi batik tulis Setiawati et al., 2011;Nawawi, 2018. Menurut Kurniasih 2018,apabila dihadapkan pada produk yang sama,konsumen cenderung memilih harga yang Dinamika Kerajinan dan Batik Majalah Ilmiah. Vol. 37 No. 1, Juni 2020, hal. 79- 92Siregar, dkk, Upaya Pengembangan Industri Batik Di Indonesialebih murah. Hal tersebut terjadi padaindustri batik. Masyarakat awam cenderungmembeliprintingbermotif batik dibandingbatik jenis batik tidak saja terancam olehbatik tiruan produksi lokal melainkan jugaproduksi negara lain Oscario, 2014;Masiswo et al., 2017. Sejak tahun 2012hingga 2014, impor produk tekstil batik danmotif batik naik 17,9% atau sebesarUS$13,25 juta Handoyo & Wikanto, 2015.Fenomena ini merupakan suatu hal yangtidak dapat dihindari, khususnya bagiprodusen batik cap, karena target/segmenpasarnya sama denganprintingbermotifbatik Setiawati et al., 2011.Lebih lanjut, status yang diberikanUNESCO kepada batik tidak hanyamembawa manfaat namun juga tanggungjawab yang besar. Pemerintah dimintauntuk sanggup menjaga, melestarikan, danmewariskan secara estafet kepada generasiyang akan datang. Jika tidak dilaksanakan,maka sanksinya adalah dicabut ataudihapus dari daftar warisan budaya duniaAsri, 2018.Atas dasar hal tersebut, pemerintahperlu merumuskan upaya yang efektifdalam mengembangkan batik di industri batik dibiarkan bersaingdenganprintingbermotif batik melaluimekanisme pasar, maka akan kalah danterpaksa menutup usahanya Setiawati et al.,2011. Lebih lanjut, jikaprintingbermotifbatik mendominasi industri batik, maka haltersebut tidak sejalan dengan filosofi batiksebagai sebuah teknik dan proses yangbersama di dalamnya ada motif/poladengan nilai seni yang dihasilkan danbernilai ekonomi Nawawi, 2018.Tantangan lain dalam pengembanganbatik adalah ketersediaan data. Setelahsepuluh tahun memperingati Hari BatikNasional, Indonesia belum memiliki databatik yang mutakhir. Terakhir kali padatahun 2012, industri batik di Indonesiasebanyak unit dengan nilai produksiRp. 3,1 triliyun. Tujuan dari penelitian iniadalah untuk mengetahui jumlah industri,jumlah tenaga kerja, kapasitas produksi, danpermasalahan serta merumuskan upayadalam pengembangan industri PENELITIANPenelitian ini dilaksanakan sejakNovember hingga Desember tahun 2019 didi 27 provinsi dari total 34 provinsi diIndonesia. Total responden sebanyak 53industri batik dan untuk menggali informasilebih dalam, dilakukan wawancara denganOrganisasi Perangkat Daerah OPD disetiap provinsi. Tujuh provinsi yang tidaktermasuk lokasi penelitian adalah NusaTenggara Timur, Kalimantan Barat,Kalimantan Selatan, Gorontalo, SulawesiBarat, Sulawesi Tenggara, dan Papua ini dikarenakan tidak adanya industribatik berdasarkan informasi dari OPD dimasing-masing wilayah penelitian ini adalah deksriptifanalitis yaitu suatu metode yangmemberikan gambaran keadaan yangsebenarnya dari obyek yang ditelitiberdasarkan fakta-fakta yang ada dengancara mengumpulkan, mengolah, danmenganalisis berbagai macam datasehingga dapat ditarik suatu kesimpulanRori, 2013. Data dalam penelitian ini Dinamika Kerajinan dan Batik Majalah Ilmiah. Vol. 37 No. 1, Juni 2020, hal. 79 - 92Siregar, dkk, Upaya Pengembangan Industri Batik Di IndonesiaGambar 1. Persebaran Industri Batik di Indonesia menurut Jumlah Industriketerangan na = tidak termasuk sebagai lokasi penelitianSumber Pemerintah Daerah Provinsi di Indonesia 2019terdiri dari data primer yang berasal dariwawancara kepada dinas perindustrianOPD, asosiasi dan industri batik dan datasekunder yang berasal dari para pemangkukepentingan terkait industri DAN PEMBAHASANJumlah Industri Batik di IndonesiaStatus wilayah penghasil batik masihmelekat pada Pulau Jawa. Delapan puluhtujuh persen industri batik di Indonesiatersebar di Jawa Barat 38,42%, JawaTengah 26,22%, Daerah IstimewaYogyakarta DIY 19,52%, Jawa Timur2,66%, Banten 0,23%, dan Daerah KhususIbukota DKI Jakarta 0,05% sedangkan diluar Pulau Jawa industri batik terbanyakberada di Provinsi Jawa Barat menempatiperingkat satu dengan jumlah industri batikterbanyak. Hal ini tidak terlepas dari statusCirebon yang merupakan salah satu sentrabatik dan telah mengukir perjanan panjanghingga saat ini Handayani, 2018. Diwilayah ini, beberapa perajin batik bahkantelah memiliki cabang di kota besar lain,seperti Jakarta dan Yogyakarta sehinggapemasarannya semakin meluas. Selain itu,ada beberapa perajin batik tulis besar yangberhasil ekspor Wahyuningsih & Fauziah,2016. Perkembangan industri batik diCirebon juga dipengaruhi oleh pesananmotif khas dari daerah lain seperti SumateraSelatan karena keterbatasan sumber dayamanusia di wilayahnya Suryani, 2017.Di luar Pulau Jawa, perkembanganindustri batik di Provinsi Jambi merupakanyang paling masif. Jika ditinjau berdasarkansejarahnya, perkembangan batik di wilayahini juga tidak terlepas dari perkembangankerajaan dan penggunaan batik yangawalnya terbatas pada keluarga kerajaan,kerabat kerajaan, maupun kaum bangsawanDISBUDPAR Jambi, 2017.Batik Jambi memiliki daya saing untukberkompetisi di pasar lokal maupun Dinamika Kerajinan dan Batik Majalah Ilmiah. Vol. 37 No. 1, Juni 2020, hal. 79- 92Siregar, dkk, Upaya Pengembangan Industri Batik Di IndonesiaGambar 2. Persebaran Industri Batik di Indonesia menurut Jumlah Tenaga KerjaSumber Pemerintah Daerah Provinsi di Indonesia 2019nasional. Faktor pendukungnya antara lainspesifikasi produk, infrastruktur, kebijakanpemerintah, sumber daya manusia danIPTEK. Kebijakan pemerintah diwujudkandalam bentuk peningkatan sarana danfasilitas pemasaran sepertishowroomDewan Kerajinan Nasional Daerah Jambi,Art ShopKembang Seri Wisma PerwakilanJambi-Jakarta,ShowroomKembang SeriJambi, Balai Kerajinan Rakyat Selaras PinangMasak Mudung Laut Seberang Jambi danGaleri Batik Berkah Jambi Raf, 2012.Jumlah Tenaga Kerja Industri Batik diIndonesiaSejauh mana industri batik berperan dimasyarakat dapat ditinjau melalui berapabanyak tenaga kerja yang diserap olehindustri batik tersebut. Selain itu, banyaknyatenaga kerja yang dilibatkan bisa menjadiindikasi terhadap jenis batik yang 1 lot 110 potong batik tulismembutuhkan waktu menit Rinawatiet al., 2013, sementara batik cap sejak awalpemotongan kain hinggapenglorodankurang lebih 912 menit Rinawati et al.,2012. Di sisi lain,printingbermotif batikdihasilkan melalui proses sablon denganlama pembuatan sekitar 5 menit Suhardi etal., 2017. Pada batik tulis dan cap,kebutuhan atas tenaga kerja relatif tinggikarena pada setiap tahapannya dikerjakansecara manual. Sedangkanprintingbermotifbatik menggunakan mesin sehingga tidakbutuh banyak tenaga berdasarkan wilayah, maka JawaTengah, Aceh, dan Jawa Timur merupakantiga wilayah teratas, di mana setiap industribatiknya menyerap tenaga kerja masing-masing sebanyak 12 orang, 10 orang, dan 9orang. Dinamika Kerajinan dan Batik Majalah Ilmiah. Vol. 37 No. 1, Juni 2020, hal. 79 - 92Siregar, dkk, Upaya Pengembangan Industri Batik Di IndonesiaGambar 3. Persebaran IKM Batik di Indonesia menurut Nilai ProduksiSumber Pemerintah Daerah Provinsi di Indonesia 2019Nilai Produksi Industri Batik di IndonesiaBerdasarkan hasil pengumpulan data,diketahui nilai produksi batik di Indonesiamencapai 407,5 miliar rupiah per bulan atausetara 4,89 triliun rupiah per produksi tersebut ditopang olehtenaga kerja sebanyak jumlah tenaga kerja dan nilaiproduksi batik yang tercatat masih di bawahdari nilai aktual undervalued karenabeberapa provinsi tidak memilikiprintingtentang nilai kedua variabel INDUSTRI BATIK DIINDONESIAAntusiasme masyarakat di Indonesiaterhadap batik baik untuk pakaian formalmaupun sehari-hari semakin tinggi dariwaktu ke waktu. Namun demikian, industriini juga tidak terlepas dari berbagaipermasalahan. Dimulai dari ketersediaanprinting, faktor produksi seperti bahan bakudan tenaga kerja, hingga fokus dalampengembangan kain 1. Permasalahan Industri Batik ulangb. Tidak kesulitanbahan bakua. Tenaga kerjakurang terampilPengem-banganusaha kainlokalb. Mengembangkanseluruh jenis kaintidak hanya lokalPersaingandenganprintingbermotifbatik Dinamika Kerajinan dan Batik Majalah Ilmiah. Vol. 37 No. 1, Juni 2020, hal. 79- 92Siregar, dkk, Upaya Pengembangan Industri Batik Di IndonesiaPrintingKetersediaanprintingyang valid danmutakhir merupakan salah satu prasyaratuntuk menyusun rencana pengembanganyang efektif dan efisien. Dari total 27provinsi, sebagian besar tidak memilikiprintingatau tidak memperbaharui yang menjadi alasan antara lain belumadanya komunikasi antara pemerintahdaerah dan industri batik, dan keterbatasananggaran untuk melaksanakanpengumpulan bakuBahan baku merupakan salah satukomponen strategis dalam industri industri batik yang berada di PulauJawa, bahan baku relatif mudah untukdijangkau. Kondisi sebaliknya dihadapiindustri batik di luar Pulau Jawa, di manabahan baku dibeli dari Pulau Jawa sehinggaharus dikirimkan dan membutuhkan waktuyang relatif lama. Hal ini berdampak padakurang lancarnya aktivitas produksi danmeningkatnya biaya tenaga kerjaProduksi batik, khususnya batik cap danbatik tulis membutuhkan keterampilan danketelitian. Oleh karena itu, tidak semuaorang bisa membuat batik. Bagi industribatik di Pulau Jawa, tenaga kerja terampilrelatif mudah ditemukan. Sementara bagiindustri batik di luar Pulau Jawa, padaumumnya mengundang perajin batik dariPulau Jawa untuk memberi pelatihan dalamkurun waktu tertentu. Setelah itu,mengupayakan SDM lokal yang telahterlatih untuk menjadi tenaga usaha kain lokalBeberapa wilayah di luar Pulau Jawalebih fokus pada pengembangan usaha kainlokal yang sudah ada sejak lamadibandingkan batik yang baru sajadisosialisasikan oleh pemerintah sejakadanya pengakuan UNESCO. Sebagaicontoh, Provinsi Sumatera Selatan, SulawesiTenggara, Nusa Tenggara Barat, danprovinsi di Kalimantan memiliki kain lokalyang lebih berkembang daripada kain lokal tersebut bahkan telahmenembus pasar ekspor. Serapan pasarterhadap kain lokal ini juga sangat tinggisehingga OPD di provinsi dan industri lebihmemilih mengembakan usaha kain insentif bagi usaha batik masihrendah dan membuat industri batik limbahSebagian besar industri batik di PulauJawa menggunakan bahan pewarna ini dapat menjadi masalah diwaktu yang akan datang karena limbahyang dihasilkan belum dikelola. Bahkan,banyak industri yang membuang limbah kesungai. Dampaknya, warna sungai berubahdan menghasilkan bau tidak sedap. Hal inidapat merugikan masyarakat yangmengandalkan sungai sebagai matapencaharian atau aktifitas denganprintingbermotifbatikPerkembangan usahaprintingbermotifbatik pada prinsipnya sangat mengganggukeberlanjutan industri batik. Keunggulanprodukprintingbermotif batik adalah bisadihasilkan dalam jumlah banyak namun Dinamika Kerajinan dan Batik Majalah Ilmiah. Vol. 37 No. 1, Juni 2020, hal. 79 - 92Siregar, dkk, Upaya Pengembangan Industri Batik Di Indonesiawaktunya relatif singkat. Namun demikian,apabila industri batik dihadapkan padasegmen pasar yang sama, industri batik tulisdan batik cap akan kalah dari sisi harga dankuantitas batik sebagianbesar dimiliki oleh pengusaha bermodalbesar dengan kecenderungan berorientasikeuntungan tanpa memperhatikankelestarian budaya. Terkait hal ini,persaingan batik tulis dan batik cap denganusahaprintingbermotif batik terjadi disetiap wilayah yang memiliki industri batik,baik di Pulau Jawa maupun di luar akhirnya, ada industri batik yangawalnya hanya ingin fokus pada batik tulisdan/atau batik cap juga terpaksa menjualprintingbermotif batik. Alasannya untukmemenuhi permintaan pasar dalam jumlahbanyak seperti seragam kantor atau sekolahdan untuk menjangkau konsumenmenengah ke belum memahamiperbedaan antaraprintingdengan batik capdan tulis, sehingga variabel utama dalammemilih batik adalah harga. Tidak dapatdipungkiri, pemerintah daerah juga dalambeberapa kegiatan turut serta membeliprodukprintingbermotif batik untukkeperluan beberapa industri, usahaprintingbermotif batik ini tidak dapat dikatakansebagai batik seperti halnya tulis dan proses pembuatannya hanyadisablon. Dari aspek budaya,printingbermotif batik memiliki motif atau unsurbudaya daerah namun dalam prosespembuatannya, mengusung modernismemelalui penggunaan alat atau mesin dan pendampingan oleh OPDSelain permasalahan yang sudahdicantumkan pada Tabel 1 di atasberdasarkan hasil observasi di lapangan,salah satu tantangan dalam pengembanganbatik adalah tekad dari pemerintah daerahmelalui OPD terkait. Beberapa OPD DinasPerindustrian di provinsi di Pulau Jawasangat aktif dalam melakukan terkait dengan peningkatanketerampilan industri batik baik dalamproses produksi maupun demikian, pembinaan ini belumsepenuhnya menyasar seluruh ada industri di KabupatenBangkalan yang sudah lama tidak mendapatpelatihan dari PENGEMBANGAN INDUSTRIBATIK DI INDONESIAMemperbaharuiprintingindustri batikKegiatan memperbaharuiprintingindustri batik perlu diupayakan oleh dinasperindustrian di tingkat kabupaten/kota danprovinsi. Dinas tersebut dapat bekerjasamadengan Pelayanan Terpadu Satu Pintusehinggaprintingdapat diperbaharui lain yang dapat ditempuhadalah menjalin kerja sama dengan asosiasipengusaha/perajin batik baik di tingkatkabupaten/kota maupun provinsi. Untukmenyusundatabaseyang baik, maka datayang diperlukan antara lain kode industri,nama industri, nama merk, nomor IUI,nomor SNI, nama pemilik, alamat industri,nomor telepon, jumlah tenaga kerja, jenisproduk batik, jumlah produksi, nilaiproduksi, nilai investasi, jenis bahan baku, Dinamika Kerajinan dan Batik Majalah Ilmiah. Vol. 37 No. 1, Juni 2020, hal. 79- 92Siregar, dkk, Upaya Pengembangan Industri Batik Di Indonesiakebutuhan bahan baku, ketersediaan alat,jumlah penjualan, dan wilayah sistemdatabasebatikApabilaprintingindustri batik di tingkatprovinsi belum tersedia, maka data yangberada di pusat juga belum tentu sesuaidengan kondisi faktual di setiap wilayah diIndonesia. Pada saaat ini, koordinasi sistempendataan batik di antara pemerintahprovinsi, kota/kabupaten bahkanpemerintah pusat belum terlaksana denganbaik. Sebagai contoh, beberapa daerahmenyatakan telah melaporkan langsungdata batik ke pusat melalui pada kenyataannya provinsi,kabupaten dan kota tidak mempunyairekapitulasi data tersebut karenapemerintah pusat tidak memberikan aksesdata kepada dinas. Hal ini tentu sajamerugikan industri yang telah mempunyaiizin usaha industri tetapi keberadaannyatidak diketahui oleh pemerintah sumber daya alam lokaldengan meningkatkan penggunaanpewarna alamKetergantungan pewarna kimia yangketersediaannya hanya ada di Pulau Jawamenyebabkan usaha batik di luar PulauJawa mengalami kesulitan dalampengadaan bahan pewarna. Prosespengiriman bahan pewarnanya tentunyamembutuhkan waktu distribusi yang lamaserta biaya tinggi. Masalah ini dapatterselesaikan apabila industri batik mampumemanfaatkan pewarna alam yang ada diwilayah sekitar usaha. Banyak sekali bahanpewarna yang tersedia di alam, misalnyaindigofera, kulit kayu, sari daun atau buahdan sebagainya. Proses ini nantinya akanmeningkatkan kearifan lokal dan kekhasanwarna batik dari masing-masing itu, permasalahan lingkungan terkaitlimbah pewarna batik dapat meningkatkan minat industrimenggunakan bahan pewarna alami makadinas harus aktif melaksanakan apabila memungkinkan dinasmenjalin kerja sama dengan eksportir untukmengirim batik tersebut ke luar negeri. Halini sangat mungkin terjadi karena pembelidi luar negeri sangat menyukai batikdengan bahan pewarna pembinaan industri danperan BLK dalam peningkatanketerampilan tenaga kerja industriDinas dan asosiasi perlu mengupayakanpelatihan yang sebisa mungkinmengutamakan para perajin baru karenacenderung lebih cepat dalam mengadopsihal yang baru. Hal ini dicontohkan olehDinas Perindustrian Provinsi Bengkulu yangmendorong peserta pelatihan berusia 18-35tahun. Lulusan pelatihan diharapkanmampu menjadi tenaga kerja terampildalam usaha lain adalah peningkatanketerampilan teknik membatik melaluikerjasama dengan Balai Latihan Kerja BLK.BLK diharapkan dapat membekali tenagamuda dengan materi mengenaikemampuan teknis produksi maupunpemasaran batik. Selain itu, jika pesertapelatihan telah lulus maka BLK juga dapatmemberikan bantuan berupa alat standarproduksi batik seperti meja produksi,cap/canting, wajan dan lain yang dapat diadopsidicontohkan oleh Provinsi Sumatera Baratdan NTB. Kedua wilayah ini berupaya Dinamika Kerajinan dan Batik Majalah Ilmiah. Vol. 37 No. 1, Juni 2020, hal. 79 - 92Siregar, dkk, Upaya Pengembangan Industri Batik Di Indonesiameningkatkan keterampilan sumber dayamanusia melalui pembentukan SMK konkret ini dapatdiimplementasikan juga di wilayah tetapi, jika dirasa akan menelan biayayang relatif tinggi, upaya selanjutnya yangbisa dilakukan adalah melibatkan batiksebagai mata pelajaran. Misalnya, membatiksebagai muatan lokal potensi batikUntuk meningkatkan minat berbisnisbatik, khususnya di luar Pulau Jawa makaperlu ada sosialisasi secara berkalamengenai potensi bisnis batik. Masyarakatsaat ini belum mengetahui bahwa usahabatik mampu memberikan penerimaancukup besar. Selain itu, potensi ekspor batikjuga sangat tinggi karena batik merupakanwarisan budaya yang diakui mempercepat sosialisasi potensibatik ini, dapat bekerjasama denganpublicfiguredan disampaikan baik dalameventseperti pameran maupun media lanjut, dapat juga melibatkan desainerlokal/nasional untuk mengolah kain batikmenjadi tulis dan batikcapMenurut keterangan OPD dan industribatik, usahaprintingbermotif batik telahmenghilangkan esensi dan aspek seni padapembuatan batik. Esensi batik adalahpewarnaan dengan teknik menutup bagianyang tidak diwarnai dengan lilin. Selain itujuga pengakuan dunia atas batik dilihatsebagai warisan kekayaan dunia karenaaspek seni motif karena itu, perlu adanyapemisahan kode usaha bagi batik dengantekstil. Batik sebaiknya tidak hanya dimaknaisekedar kain bergambar seperti desain padaindustri tekstil tetapi batik adalah sebuahproses pewarnaan kain dengan melaluitahapan penutupan kain menggunakan lilindan fiksasi warna sehingga menghasilkanmotif ciri khas kewilayahan sebagai sebuahkarya lain yang dapat dilakukanadalah adanya informasi yang tegas danjelas terkait jenis produk batik tulis/batikcap/batik tulis di pengusaha batik baikdalam bentuk toko modern atau di pengolahan limbah danpeningkatan kesadaran industri batikmengenai pengelolaan limbahUpaya yang dapat dilakukan dalammengatasi permasalahan limbah batikadalah mengadakan instalasi pengolahanair limbah IPAL. Proses membangun IPALdapat memanfaatkan pendanaan, baikswadaya industri batik, pemanfaatan danaAPBD/APBN maupun akses dana pembangunan IPAL, maka perludiadakan pembimbingan untukmeningkatkan kesadaran industri batikuntuk pengelolaan limbah. Proses inimenjadi penting karena kondisi faktualmembuktikan kesadaran industri batikuntuk mengelola limbah masih di Kabupaten Pekalongan sebagaisalah satu sentra batik di Indonesia,sebenarnya sudah dibangun IPAL namunsaat ini tidak digunakan oleh industri batikyang ada. Dinamika Kerajinan dan Batik Majalah Ilmiah. Vol. 37 No. 1, Juni 2020, hal. 79- 92Siregar, dkk, Upaya Pengembangan Industri Batik Di IndonesiaAdvokasi dan pemasaran sosial kepadakonsumen mengenai batik tulis dan batikcapAdvokasi dan pemasaran sosial socialmarketing terhadap esensi batik bertujuanuntuk meningkatkan pemahamankonsumen mengenai perbedaan antarabatik tulis/cap denganprintingbermotifbatik. Advokasi dan pemasaran sosial dapatdilakukan melalui media massa maupunmedia digital. Pemanfaatan media digitaldengan melakukan digitalstorytellingdimana pemerintah, asosiasi, industri batik,pendamping, dan masyarakat penggiatbatik mengedukasi masyarakat luas melaluitulisan yang mendukung batik tulis/ mempercepat proses ini, maka perlupemanfaatan media sosial seperti Instagram,Facebook, Twitter maupun DAN SARANKesimpulanJumlah industri batik di Indonesiadiperkirakan mencapai unit dengantenaga kerja sebanyak orang danmampu mencapai nilai produksi sekitar407,5 miliar rupiah per bulan atau setara4,89 triliun rupiah per tahun. Permasalahanyang dihadapi oleh industri batik terdiri dariprinting, bahan baku, keterampilan tenagakerja, pengembangan usaha kain lokal,pengelolaan limbah, pembinaan danpendampingan oleh Organisasi PerangkatDaerah OPD, persaingan denganprintingbermotif dilakukan pendataan secarareguler dan berkelanjutan mengenaisebaran industri batik di Indonesia dansosialisasi kepada masyarakat tentangperbedaan batik tulis, batik cap, danprintingbermotif batik. Selain itu, juga perludilakukan penelitian mengenai persepsi danpreferensi konsumen terhadap batik motifbudaya TERIMA KASIHTerima kasih kami sampaikan kepadaDirektorat Jenderal Industri Kecil Menengahdan Aneka atas kesempatan yang telahdiberikan untuk melaksanakan penelitian kasih juga kepada DinasPerindustrian, asosiasi pengusaha/perajinbatik, dan industri batik pada masing-masing wilayah penelitian atas kesediannyaberbagi informasi dan berdiskusi mengenaiperkembangan industri PUSTAKAAditya, D. F. 2014. Fashion and FashionEducation and FashionEducation Journal,31, 27– D. P. B. 2018. Perlindungan HukumTerhadap Kebudayaan Melalui WorldHeritage Centre IUS QUIA IUSTUM,252, 256– Jambi. 2017.Batik W. 2018. Bentuk, Makna DanFungsi Seni Kerajinan Batik ATRAT,61, 58– & Wikanto, A. 2015.Impor Batiktak Lagi 2013.Batik Nusantara Batik of R. 2018. Analisis PerilakuKonsumen Terhadap Produk Batik Ekonomi, Bisnis, DanAkuntansi JEBA,2001, 1– L. P., & Rani, F. 2012. Model Dinamika Kerajinan dan Batik Majalah Ilmiah. Vol. 37 No. 1, Juni 2020, hal. 79 - 92Siregar, dkk, Upaya Pengembangan Industri Batik Di IndonesiaDiplomasi Indonesia TerhadapUNESCO Dalam Mematenkan BatikSebagai Warisan Budaya IndonesiaTahun 2009 Leni Putri Lusianti ∗&Faisyal Rani ∗.Jurnal Transnasional,32.Masiswo, Setiawan, J., Atika, V., &Mandegani, G. B. 2017. KarakteristikFisik Produk Batik Dan Tiruan Kerajinan Dan Batik MajalahIlmiah,342, 103– E. 2018. Jangan Sebut itu “Batikprinting” Karena Batik Arts and Performance Journal,11, 25– Heriyana, & Rasyimah. 2008.Analisis Industri Batik di Ekonomi,73, 124– A. 2014. Simulasi Citra NasionalisMelalui Fashion Studi Kasus Batikprintingdalam Gaya Hidup PostModern Masyarakat 551– A. R. 2010. Pengembangan danPerlindungan Kekayaan Budaya DaerahRespon Pemerintah IndonesiaTerhadap Adanya Klaim Oleh & Budaya, 167– M. 2012. Analisis Eksplanatori FaktorDaya Saing Industri Kecil Studi padaSentra Industri Kecil Batik di KotaJambi.Manajemen DanKewirausahaan,142, 91– G., & Rani, F. 2014. DiplomasiIndonesia Terhadap UNESCO dalamMeresmikan Subak Sebagai WarisanBudaya FISIP,22, 1– D. I., Puspitasari, D., & Muljadi, F.2012. Penentuan Waktu Standar danJumlah Tenaga Kerja Optimal PadaProduksi Batik Cap Studi Kasus IKMBatik Saud Effendy, Laweyan .JTiUndip Jurnal Teknik Industri,VII3,143– D. I., Sari, D. P., WP, S. N., Muljadi,F., & Lestari, S. P. 2013. PengelolaanProduksi Menggunakan PendekatanLean and Green untuk Menuju IndustriBatik yang Berkelanjutan Studi Kasusdi UKM Batik Puspa Kencana.JTiUndip Jurnal Teknik Industri,VIII1,43– H. 2013. Analisis Penerapan TaxPlanning Atas Pajak Penghasilan Riset Ekonomi, Manajemen,Bisnis Dan Akuntansi,13, 410– I. R., & Eskak, E. 2012. KajianEstetika Desain Batik Khas Sleman“Semarak Salak.”Dinamika KerajinanDan Batik Majalah Ilmiah,322, 1– J., Mandegani, G. B., & Rufaida, 2014. Analisis Kesesuaian KursiPembatik Terhadap KondisiAntropometri Pekerja Batik Kerajinan Dan Batik MajalahIlmiah,312, E., Abdullan, I., & Lasiyo. 2011.Strategi Pengembangan KomoditasStudi Tentang Budaya Ekonomi diKalangan Pengusaha Batik 213– A. P. 2016. Karakteristik MotifBatik Kendal Interpretasi dari Wilayahdan Letak Imajinasi,X1.Suhardi, B., Laksono, P. W., & Fadhilah, N. N.2017. Analisis Penerapan ProduksiBersih pada BatikprintingIKM BatikPuspa Kencana Laweyan Teknologi Industri Pertanian,272, 182– Dinamika Kerajinan dan Batik Majalah Ilmiah. Vol. 37 No. 1, Juni 2020, hal. 79- 92Siregar, dkk, Upaya Pengembangan Industri Batik Di IndonesiaSuliyanto, Novandari, W., & Setyawati, S. M.2015.Persepsi Generasi MudaTerhadap 135– I. 2017.Terpesona Lembaran KainSumatera N. N., & Retnosary, R. 2020.Pengembangan Model PemasaranBatik Karawang Sebagai ProdukUnggulan Inovasi DanPengelolaan Laboratorium,21, 21– A. P. 2014. Perlindungan Hukumterhadap Kain Bentenan sebagaiEkspresi Budaya Tradisional Hukum Unsrat,II2, 1– A. D., & Triyono, R. A. 2011.Pemanfaatan Blackberry SebagaiSarana Komunikasi dan Penjualan BatikOnline dengan Sistem Dropship diBatik Solo Speed - SentraPenelitian Engineering Dan Edukasi,33, 33– N., & Fauziah, N. 2016.Industri Kerajinan Batik Tulis Trusmidan Dampaknya Terhadap PendapatanPengrajin Batik Tulis Trusmi di DesaTrusmi Kulon 124– A. 2011.Batik NusantaraMakna Filosofis, Cara Pembuatan, danIndustri Batik. Andi OFFSET. Dinamika Kerajinan dan Batik Majalah Ilmiah. Vol. 37 No. 1, Juni 2020, hal. 79 - 92Siregar, dkk, Upaya Pengembangan Industri Batik Di Indonesia ... Proses pembuatan batik telah mengalami perkembangan, mulai dari batik cap dan batik printing. Dalam pembuatan batik tulis untuk 110 potong membutuhkan menit, untuk batik cap dari awal pembuatan sampai nglorod membutuhkan waktu sekitar 912 menit, sedangkan untuk printing motif batik hanya membutuhkan 5 menit pengerjaan Pratiwa Siregar et al., 2020. Adanya penggunaan teknologi printing dalam pembuatan kain batik membuat persaingan semakin terasa. ...... Adanya penggunaan teknologi printing dalam pembuatan kain batik membuat persaingan semakin terasa. Kelebihan dari penggunaan teknologi printing dalam pembuatan batik adalah dapat menghasilkan produk dalam jumlah banyak dengan waktu yang lebih singkat, ditambah dengan para pengusaha yang lebih condong memikirkan keuntungan dibandingkan dengan kelestarian budaya Pratiwa Siregar et al., 2020. Adanya persaingan tersebut membuat keberadaan batik tulis kembali dipertanyakan. ...The purpose of this study was to find out the effort Batik Lasem artist in Babagan village to preserving and maintaining the Lasem batik industry. This study was designed using desriptive qualitative research methods. This study used four samples of artisans namely Batik “Sekar Kencana”, Batik “Kidang Mas”, Batik “Sumber Rejeki” dan Batik “Sekar Mulyo”. In this study, research data analysis technique uses three component are data reduction, data presentation, and conclusion. The results of this study found that the Batik Lasem artisans in Babagan village still produce and maintain the authencity of Batik Tulis Lasem as did Batik “Sekar Kencana” dan Batik “Kidang Mas”. Beside that, the artisans also made a modification and innovation of Batik tulis Lasem to keep up with the market demand. Other than, artisans of Batik tulis Lasem have used social mediato sell their batik fabrics and as an effort to intoduce Batik tulis Lasem to wider audience. Based on the result, artisans as a agent has a reciprocal relationship with the social structure in production and reproduction their action in accordance with the theory of structuration. Where the structure as a rule makes artisans still create authentic Batik Lasem to maintain sustainability. But, it also creates a new structure as a “outcome” the reproduction of their action which makes Batik Tulis Lasem more diverse and to introduced more widely using social media.... The increase in the batik industry in Indonesia is in line with the increase in the liquid waste of the batik industry. The most batik-producing areas on the island of Java are spread over Central Java, West Java, East Java, Yogyakarta, Banten, and Jakarta, while outside Java, the largest batik industry is in the province of Jambi [1]. Waste is the result of residual waste generated from a production process, both industrial and domestic household, better known as waste [2]. ...Sukmaningrum Latifah Oktaviani Nurma Yunita Indriyantip>This literature review aims to determine the characteristics of the batik industrial wastewater, the type of adsorbent activation method most widely used to adsorb lead Pb in the batik industry wastewater, and the correlation between the source of cellulose and parameters on the adsorption ability of lead metal Pb with variations in adsorbent mass, pH and contact time in batik industrial wastewater. This literature review was carried out in 7 steps exploring topics, searching, storing, and organizing information, selecting the required information, expanding the search, analyzing, and evaluating. Information and present the results. This literature review shows that Batik industrial wastewater contains BOD, COD, TSS, and heavy metals. The literature review obtained that the BOD and COD values came from the batik industrial wastewater of Jetis Sidoharjo with a value of mg/L and mg/L, the largest TSS value came from the batik industrial wastewater Gedhog with a value of 449 mg/L. The largest metal content of lead came from the batik industrial wastewater of Wiradesa, with a value of mg/L. The most widely used activation method for treating adsorbents is the chemical activation method with strong acids such as HCl, HNO3, and H2SO4. There is a correlation between the source of cellulose and parameters in the adsorption of lead metal in batik industry wastewater. Different sources of cellulose and parameters resulted in different adsorption capacities. Based on the literature review, the highest percentage of cellulose was found in sawn teak 60%, corn cobs 41%, rice straw rice husks 34%, and kapok seeds Maximum adsorption lies in the adsorbent with a mass of – 1g, pH 5-7, and 30-45 minutes contact time. industri batik di surakarta dan yogyakarta termasuk industri